­

Kala frasa kehidupanmu terukir dari klausa bahagia, seakan terbentang jalan untuk selalu menari bebas di atasnya, berhentilah. Tiada sadar penat diri karenanya. Kejut hampa menuju nuansa penuh lena, hanya akan meleburmu dalam balutan khayal semu tak kasat mata.

Catatan Seorang 'Duta Mati Lampu' dan Sebungkus Harapan untuk PLN

Purwantoro bagi saya merupakan tempat yang telah menjadi bagian perjalanan hidup bahkan sejak pertama kali menginjakkan kaki di sini dua belas tahun lalu. Wilayah yang terletak di bagian paling timur kabupaten Wonogiri ini telah memiliki tempat tersendiri di hati saya. Itulah mengapa, setelah hampir setengah dekade 'berpisah' dengannya, muncul semacam kerinduan untuk kembali tinggal di tempat ini. Ada rasa kangen dengan nuansa alamnya, pemandangan yang keempat penjurunya dikelilingi oleh gugusan bukit dan pegunungan. Gunung Brojo dengan puncak Pertapannya, Gunung Cumbri, kaki gunung Lawu di sebelah utara, juga Pegunungan Sewu di sebelah selatan.

Gunung Brojo
Saya memutuskan untuk mengambil 'remote work' atau bekerja dari rumah tepat satu tahun yang lalu. Syukurlah tidak ada kendala yang berarti, komunikasi dengan rekan kerja di kantor Surabaya nyaris tak ada gangguan. Namun satu hal yang tidak saya duga sebelumnya, mati listrik. Sekali, dua kali, tiga kali, bahkan empat kali setiap bulan selama satu tahun. Kecewa itu pasti, tanpa listrik saya benar-benar mati kutu.

Berbagi kesah di social media merupakan satu-satunya cara mengurangi kekecewaan saya. Saking seringnya curhat tentang mati lampu di Facebook dan Twitter, saya mendapat gelar kehormatan sebagai Duta Mati Lampu periode 2012 sampai nyala!

Menarik memang, apalagi setiap post tentang mati lampu, selalu saya tambahkan hashtag #PLNLog. Tidak berhenti sampai di situ, demi mempermudah berbagi pengalaman mati lampu, saya membuat MatiLampu.com untuk memposting dan merekam setiap kejadian mati listrik di wilayah Purwantoro.


Meski tak terlalu berpengaruh terhadap frekuensi mati lampu di Purwantoro, setidaknya dengan berbagi keluh kesah ini mengurangi sedikit kegalauan di benak saya, secara elegan dan lebih bermartabat tentunya. "Tak ada salahnya mengubah kekesalan menjadi hiburan yang unik", pikir saya.

Dari Tukang Bubut hingga Pengusaha Warnet.

Beberapa minggu terakhir barangkali merupakan minggu yang paling membosankan bagi saya. Betapa tidak, selama tiga minggu berturut-turut terjadi mati lampu sehari penuh, dua kali dalam seminggu. 

Tak seperti biasanya, saat mati lampu saya selalu menghubungi PLN UPJ Jatisrono, sekadar menanyakan penyebab dan berapa lama mati lampu akan berlangsung. 

Di minggu ketiga, saya berinisiatif mencari tahu langsung ke lapangan, karena kebetulan banyak petugas PLN yang terlihat sedang bekerja di sepanjang jalan dekat tempat tinggal saya.

Hal pertama yang saya tanyakan tentu saja mengapa beberapa minggu terakhir sering mati lampu dengan durasi yang terlalu lama, dan membuat saya kelabakan karena praktis tak ada aktifitas kerja yang bisa saya lakukan saat itu.

Akhirnya saya maklum karena menurut penuturan beberapa petugas PLN, sedang dilakukan beberapa perbaikan jaringan dan penggantian kabel Tegangan Menengah (TM) untuk memastikan pasokan daya listrik tetap aman. Toh, ini untuk kebaikan pelanggan juga.

Petugas PLN sedang mengganti kabel TM

Namun tidak berhenti sampai di situ, saya masih penasaran dengan beberapa usaha di Purwantoro yang terpaksa menghentikan kegiatannya saat mati lampu. Sepanjang jalur perbaikan PLN saya telusuri untuk mencari tahu orang-orang yang bernasib sama dengan saya.

Warnet & Playstation Arwana
Tujuan pertama saya, sebuah usaha yang tak bisa lepas dari pemakaian listrik, tentu saja warnet dan playstation. Sugiyarto, atau yang kerap disapa Mas Teng menuturkan, dalam sehari ia bisa mendapatkan penghasilan rata-rata 100 hingga 150 ribu rupiah. Saat terjadi mati listrik, ia terpaksa menutup usahanya dan menanggung kerugian.

Warnet & Playstation Arwana


Mas Teng menyesalkan selama tiga minggu perbaikan jaringan listrik tersebut, selama itu pula ia terkena imbasnya, karena tempat usahanya berada persis di samping tiang listrik PLN. Penggantian kabel pada tiang tersebut sudah selesai pada minggu pertama, tetapi pada minggu kedua dan ketiga, tetap mengalami pemadaman untuk penggantian kabel TM yang lokasinya relatif jauh, meski berada pada satu jalur. Padahal menurutnya, hal ini bisa dihindari dengan meminimalisir lokasi pemadaman, menggunakan apa yang ia sebut dengan pemutus darurat. 

Saya tidak begitu paham masalah teknis, saya yakin PLN telah memiliki SOP yang jelas untuk hal ini. Namun bagaimana pun juga, PLN diharapkan mampu memberikan solusi terbaik untuk meminimalisir lokasi pemadaman saat perbaikan maupun perawatan jaringan.


Bengkel Bubut Barokah
Pada saat saya berkunjung ke bengkel bubut milik mas Basuki, sedang dilakukan perbaikan jaringan kabel TM tepat di depan lokasi usahanya tersebut. Mas Basuki merupakan salah satu orang pertama di Purwantoro yang menggunakan layanan listrik prabayar PLN

Dalam sehari, bengkelnya mampu menghasilkan hingga 200 ribu rupiah. Hampir semua peralatan yang ia gunakan bergantung pada listrik, sehingga saat mati lampu, tak ada yang bisa ia kerjakan kecuali sekadar merapikan peralatan, dan terpaksa menutup bengkelnya. 

Mas Basuki dan mesin bubutnya

Ditanya mengenai seringnya terjadi pemadaman listrik, ia mengaku maklum jika memang sedang dilakukan perbaikan jaringan. Namun ia meminta kepada PLN untuk memperbaiki sistem penyaluran informasi terkait pemberitahuan pemadaman listrik. 

Memang selama ini, pelanggan di wilayah Purwantoro tidak pernah mendapatkan pemberitahuan tentang rencana pemadaman dari PLN. Saya mengkonfirmasi hal ini ke kantor PLN UPJ Jatisrono. Menurut mereka, informasi pemadaman sudah disalurkan melalui selebaran dan siaran radio. Tapi nyatanya hingga hari ini saya tidak pernah sekalipun menerima selebaran tersebut. Dan beberapa waktu lalu saya baru mengetahui bahwa informasi pemadaman memang disalurkan melalui radio Gajah Mungkur, sebuah stasiun radio FM yang berlokasi di seputaran jantung kota Wonogiri, yang menurut saya kurang begitu efektif digunakan sebagai media informasi masyarakat Purwantoro. 



Masih banyak pengusaha kecil menengah di wilayah ini yang menggantungkan usahanya pada pasokan listrik PLN. Ada bengkel las mbah Seman, bengkel alumunium Sumber Jaya milik mas Heru, atau usaha konveksi yang dikelola mas Narman. Kebanyakan dari mereka mengaku hanya bisa pasrah saat terjadi pemadaman. Sebagian lagi, seperti mas Basuki, mereka ingin informasi pemadaman dari PLN benar-benar disalurkan secara merata. 

Saya sendiri, sebagai 'Duta Mati Lampu', hanya berharap agar PLN mampu memberikan pelayanan terbaik bagi para pelanggan, apapun profesi dan latar belakang mereka. Saya juga berharap PLN untuk lebih meningkatkan interaksi dengan pelanggan, membuka jalur informasi untuk menampung saran, keluhan, maupun kritik dari masyarakat. Saya yakin terlalu banyak uneg-uneg dari pelanggan PLN, terutama masyarakat pedesaan yang tak mampu tersampaikan dengan baik. Suara mereka berhak didengar, keluhan mereka tak dapat diabaikan.

Selamat Hari Listrik Nasional 27 Oktober 2012, jadikan Indonesia terang bersinar dan tersenyum menyambut perubahan yang membawa kesejahteraan!

Purwantoro, 30 September 2012.

4 comments:

  1. abonk mengatakan...:

    wah keren tulisannya mas... dulu ditempat saya juga sering mati lampu, tapi sekarang paling beberapa kali saja sebulan, itupun tidak terlalu lama.. masih dibawah 30 menitan lah ... semoga sering mati lampu ya mas, sehingga selalu ada tulisan yang menginspirasi seperti ini... tak ada yang paling menyentuh kecuali cerita dari penderita... #halah hehe

  1. roa mengatakan...:

    baru pertama kali mbaca tulisan heri hehe, bs nulis toh :))

  1. pedox mengatakan...:

    mari kita buatkan novel

  1. Anonim mengatakan...:

    saya khawatir Saya dapat terlacak dari artikel ini