Di sini pula saya masih dapat menghirup udara segar sambil menikmati indahnya gunung Brojo yang terlihat gagah di atas sana. Tetapi tidak sehijau dulu, ada bagian yang tampak meranggas, ada pula tampak di sana beberapa rumah yang berjumlah hampir dua kali lipat dari empat tahun lalu. Itu saja perbedaan yang saya rasakan sejak kembali dari tanah rantau. Dan…oh iya, pasar Dangkrang yang merupakan pasar tradisional terbesar di kecamatan Purwantoro lebih ramai dari sebelumnya. Beberapa bangunan yang masih tercium bau cat terlihat berjejer di tepi jalan. Satu hal yang membuat saya bangga dengan sedikit kekhawatiran akan penyalahgunaannya. Internet Masuk Desa. Istilah yang saya serap dari hasil ‘pengamatan pribadi’ tentang perjalanan mengelilingi kecamatan yang strategis karena terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur ini. Bangunan-bangunan kecil dengan plakat ‘WARNET’ di depannya banyak saya jumpai sekarang.

Tujuh tahun yang lalu, saya belum mengenal internet dan segala tetek-bengek nya. Sampai pada suatu hari, seorang guru elektronika membuka cakrawala saya dan teman-teman di SMP N 1 Purwantoro.
"Internet kuwi kaya Doraemon, cah. Opo wae sing mbok goleki iso ketemu neng kono1)", ujar beliau waktu itu.
Pak Nasib Wahono ini sering menganalogikan dunia komputer dengan hal-hal di sekitar kami. Membandingkan Processor dengan otak kami atau Microsoft Word dengan mesin ketik. Tetapi baru kali ini beliau menyebut tokoh komik favoritnya dalam pelajaran komputer. Mungkin karena begitu barunya teknologi internet kala itu, sehingga Google atau Yahoo! yang sama sekali belum terdengar di telinga saya menjadi sangat canggih untuk sebuah mesin pencari yang identik dengan internet.Dari sinilah muncul rasa keingintahuan saya tentang 'Doraemon' yang satu ini. Dulu di sekolah kami, mungkin hanya bapak Kepala Sekolah yang beruntung lebih dulu melek internet daripada siswanya. Karena hanya satu komputer di ruang kerja beliau lah yang punya kantong ajaib (baca: modem). Dan karena saya sudah keranjingan dengan obsesi ini (ingin mencoba internet), tapi nyali saya masih kurang kuat untuk menembus rasa pakewuh, sekedar untuk minta izin memakai internet di ruang kerja beliau. Maka suatu hari saya pergi rumah teman yang merupakan anak seorang pengusaha toko bangunan. Saya berasumsi bahwa anak orang kaya seperti dia pasti punya kantong ajaib di rumahnya.
“Eh, kamu. Tumben main ke sini?”, sapa Edo Purwanto Purba, teman sekelas saya.
“Iya nih, aku bingung”, jawab saya sekenanya.
“Kamu punya kantong ajaib, nggak?”, lanjut saya.
“Nah, sekarang giliran aku yang jadi bingung”, jawabnya.
“Ups, maaf. Maksudku, di rumah kamu ada internetnya, nggak?”
“Owalah, kalau itu sih ada. Ayo masuk?”

Dari situlah saya mulai berkenalan dengan mbah Google dan beberapa kerabatnya seperti om Yahoo!, dan mas Detik ini (Detikcom laki atau perempuan sih?). Tetapi Google adalah situs pertama dan paling sering saya kunjungi saat-saat awal mengenal internet. Karena pak Nasib lah yang membuat saya dan teman-teman waktu itu mengenal internet sebagai tempat mencari segala sesuatu yang kita butuhkan.Sempat terpikir oleh saya betapa mudahnya hidup ini bila ada internet. Ibu saya tidak harus repot-repot mengangkat keranjang buah untuk berjualan di pasar. Mungkin ayah saya juga tidak perlu bersusah payah menawarkan jam tangan di pasar Dangkrang.

Tapi bagi saya, internet adalah hutan lebat di gunung Brojo, seperti apa yang saya lihat saat membuat tulisan ini. Di dalamnya kita bisa mengambil banyak sekali manfaat. Jutaan harta karun tersebar di dalamnya. Tetapi bila kita tidak berhati-hati, bisa-bisa kita tersesat, kita bisa terpeleset, dan jatuh ke jurang yang dalam.
1) "Internet itu seperti Doraemon, nak. Apa saja yang kamu cari bisa ketemu di situ"
14 comments:
-
sip"....
apik"....
kudu menang saiki.. =D>
nggo sangu dolan" neng karimun jawa 8->
-
MAntab gan.. semangaattt!!!
Yakin menang yen kowe her.. :D
-
Bagus! Tapi, ada kata-kata yang harus dikoreksi.
Contohnya penyebutan angka "1" lebih baik ditulis menjadi "satu" saja.
Walaupun, kecil pengaruhnya tapi tetap saja itu agak sedikit mengganjal di mataku.
Yang lainnya bagus kok.
-
Cukup mantap.. tampil beda dengan tampilan pictur nya.. :)
-
Kalau aku, internet, angin, dan Gunung bawakaraeng. Dulu, sewaktu masih SD, saya selalu berangan-angan bisa ke mana saja saya mau, seperti angin, ke celah mana saja bisa masuk. Melihat pemandangan di negeri sana, atau masuk lewat celah-celah kamar pengantin baru. Penasaran...apa yang mereka kerjakan? Kini, internet membawaku ke mana saja aku mau, termasuk ke blog saudara ini, namun pertama kali belajar internet ibarat ketika mendaki Gunung Bawakaraeng. Pernah dengar?
-
Pengalaman yang sangat menarik. Kehadiran Internet memang membawa perubahan yang sangat besar bagi masyarakat dunia. Namun perubahan yang itu tidak semuanya positif, ada juga negatifnya. Oleh karena itu, kita harus bijak dalam menggunakan/memanfaatkan internet. Gunakan internet secara sehat.
-
Pengalaman masa lalu tentang internet memang lucu kalo diingat lagi. Ketika ngenet masih 6000 mpe bikin email aja dibuatin.
Saya juga ikutan... Ditunggu kunjungannya...
http://kanglurik.wordpress.com/2009/07/09/jaman-jaman-gaptek-internet/
-
sapa tau besok internet built in transpoter. jd qt bisa kmn2 bw badan. mirip pintu ajaib lah ;p
-
hahahahhah keren juga perumpaan internet = doraemon dari guru bro :))
-
Wahhh.. setujuuu!!!!! Internet memang kayak doraemon!!!!! Bisa buka pintu kemana ajaa.. hihihi
-
mantap.. semoga beruntung.. ternyata yang dari kampung bukan aku aja :)
ikut ah...
good enough. . .
:-)