­

Kala frasa kehidupanmu terukir dari klausa bahagia, seakan terbentang jalan untuk selalu menari bebas di atasnya, berhentilah. Tiada sadar penat diri karenanya. Kejut hampa menuju nuansa penuh lena, hanya akan meleburmu dalam balutan khayal semu tak kasat mata.

0

Jalan tiga tapak langit pagi


Barangkali saya memang terlahir untuk selalu haus dengan segala hal baru. Atau untuk cepat jenuh tentang segala keadaan yang tak berubah, diam. Terpaku di tengah ramai yang berwarna selalu sama, di antara orang-orang yang diliputi kesibukan, ketidakheningan mereka yang penuh kekosongan, intervensi yang tidak bisa dihindarkan, saya terjebak.


Menyebalkan untuk membuka pena dengan aura ketidaksukaan seperti ini. Padahal di angan, saya mengenang mimpi-mimpi indah itu, entah kenapa skenarionya selalu membuat bergumam, "Kenapa hanya mimpi?".


Mimpi-mimpi yang membawa orang-orang dari masa kecil saya, atau mereka yang pernah mengajarkan bahagia di dunia nyata, juga karakter-karakter fiktif entah datang dari mana tetapi selalu bisa membuat saya tertawa yang tak berlebihan dan tetap merasa sangat nyaman.


Mimpi-mimpi tentang bermandi hangatnya pagi yang semu jingga. Berlarian di tengah jalan tiga tapak di antara petak sawah yang sudah agak mengering, yang berganti tebu-tebu sebagai tanamannya. Berkeliling desa yang heningnya kadang di candai siulan burung-burung, di sepanjang jalan-jalan berbatu yang disusun rapi, di tengah-tengah hutan tak terlalu rimbun yang tetap hangat meski angin dingin kadang menyambar badan dengan ramah.


Mimpi-mimpi itu pengganggu yang tak membuat kesal hati, cenderung memaksa saya untuk berterima kasih padanya. Terima kasih untuk angan sesaat yang menghadirkan rindu di akhir-akhir malam. Terima kasih telah menghadirkan semangat untuk menjadikanmu nyata.


Gambar: Twilight Walk, oleh talksrm.

4

Catatan Seorang 'Duta Mati Lampu' dan Sebungkus Harapan untuk PLN

Purwantoro bagi saya merupakan tempat yang telah menjadi bagian perjalanan hidup bahkan sejak pertama kali menginjakkan kaki di sini dua belas tahun lalu. Wilayah yang terletak di bagian paling timur kabupaten Wonogiri ini telah memiliki tempat tersendiri di hati saya. Itulah mengapa, setelah hampir setengah dekade 'berpisah' dengannya, muncul semacam kerinduan untuk kembali tinggal di tempat ini. Ada rasa kangen dengan nuansa alamnya, pemandangan yang keempat penjurunya dikelilingi oleh gugusan bukit dan pegunungan. Gunung Brojo dengan puncak Pertapannya, Gunung Cumbri, kaki gunung Lawu di sebelah utara, juga Pegunungan Sewu di sebelah selatan.

Baca selengkapnya »
4

Jum'at, 28 Agustus 2009

Hari ini adalah kali kedua aku berdiri di tengah hiruk pikuk kota Surabaya. Setelah berhari-hari menunggu angka '+6231' muncul di layar handphone-ku. Dan benar saja, suara dari seberang sana, masih sama seperti ketika memintaku datang ke Surabaya untuk pertama kalinya.
"Ditunggu kedatangannya besok setelah jam 11.00 pagi".
Tanpa menjelaskan untuk apa, dan akupun tak sempat bertanya saking senangnya melihat angka +6231, dan hari ini aku berangkat dengan harapan akan kembali membawa kabar gembira.
"Hari ini, mas Heri bisa tinggal sementara di kantor Semolowaru. Karena besok sudah mulai kerja", ujar pak Brian, yang satu minggu yang lalu berjumpa dalam sesi wawancara.
Belum sempat hilang rasa senang sekaligus bingung dariku, beliau menambahkan.

Baca selengkapnya »
14

INTERNET, Doraemon, dan Gunung Brojo

Semilir angin pagi masih terasa nyaman, mengiringi sekumpulan kupu-kupu yang menari indah di atas hamparan sawah yang mulai menguning. Melantunkan nada damai karena beradu dengan dedaunan pohon Akasia yang sudah tua namun masih cukup kuat dan menjulang tinggi-tinggi di sepanjang jalan bebatuan. Para petani sudah terlihat sibuk dengan cangkul dan garu mereka.Indah dan sangat harmonis. Pemandangan yang masih sama seperti empat tahun yang lalu saat saya meninggalkan desa Bangsri ini. Tidak banyak yang berubah di tempat ini. Hanya beberapa petani utun yang lebih suka mengendarai motor 4 tak terbarunya ke sawah daripada naik pit kebho yang sudah jarang saya lihat. Jalan-jalan beraspal pun sudah dapat saya jumpai hampir di setiap tempat. Di sekitar sawah inilah yang masih nampak asrinya, dengan bebatuan yang tersusun rapi membentuk jalan sepanjang hampir satu kilometer.

Baca selengkapnya »
2

Minggu, 12 Oktober 2008

Huah,cuapek puoll..baru balik dari Jambi,, kemaren hari jum'at aku ma Resi maen ke rumah'y Nita. Jalan2 ke WTC, trona, trus taman Rimbo..
Alhamdulillah, ketemu keluarga dari Jawa, serasa mudik beneran. Hihi.

0

Selasa, 07 Oktober 2008

Huwah.. Bad day bad day, ... Hari ke-2 masuk kantor.. Dari pagi udah bete. Diomelin sama bos di kantor sebelah. Hiks, gapapa deh. Tetep smangat!!,

1

Rabu, 03 September 2008

Hari ketiga di bulan Ramadhan dan juga September. Ternyata keberangkatan ke Jambi ada sedikit perubahan jadwal. Aq masuk ke gelombang 1, yg brarti besok musti berangkat. Wew, ga bareng ma temen2 sekelas, ato temen kampung Si Resi deh. Tapi gapapa semoga perjalanan lancar.